PENTINGNYA
PENDIDIKAN SEKS BAGI REMAJA
Abstrak
Pendidikan seks
merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan pendidikan mengenai
anatomi seksual, pembiakan seksual, perhubungan seks, dan aspek-aspek lain
kelakuan seks manusia. (Wikipedia, 2013)
Sasaran utama
penanaman pendidikan seks ini diarahkan kepada anak-anak maupun remaja sesuai
dengan perkembangan usia. Fenomena yang banyak terjadi akhir-akhir ini adalah
banyaknya kasus tindakan kejahatan seks yang didominasi oleh kalangan dibawah
umur. Banyak hal yang menyebabkan anak-anak di masa remaja melakukan
penyimpangan seksualitas atau seks bebas sebagai cara pelarian dari berbagai
persoalan serta kurangnya kemampuan anak untuk mengendalikan diri dari
emosinya. Pengalaman remaja dalam pendidikan seks bermanfaat untuk menambah
pengetahuan remaja dalam mengalami perubahan-perubahan yang perilaku yang
menyimpang yang terjadi pada remaja saat sekarang ini dan hambatan remaja dalam
menerima pendidikan seks dikarenakan pendidikan seks tabu untuk dibicarakan. Keterbukaan komunikasi antara anak
dengan orang tua terutama dalam membicarakan seksualitas, perlu dimaksimalkan
untuk menghindari aktivitas seksual terlalu dini sebelum mencapai masa dewasa. Oleh karena itu,
orang tua perlu memberikan pengertian dan pemahaman yang terarah mengenai
pendidikan seks tersebut. Karena jika tidak demikian, anak akan merasa kurang
diperhatikan dan kurang informasi mengenai seks yang seharusnya ia dapatkan.
Akibatnya, anak cenderung akan mencari informasi di luar lepas dari kendali
orang tua. Selain peranan orang tua, dalam hal ini lembaga atau instansi yang
berwenang dalam mendidik anak didiknya juga harus lebih menanamkan pentingnya
tujuan dalam penerapan pendidikan seks sesuai dengan tahapan perkembangan usia.
Kata kunci: Remaja, Pendidikan Seks, Peranan Orang tua dan Instansi pendidikan Terkait.
Pendahuluan
·
Latar Belakang
Masa remaja
merupakan masa peralihan antara anak-anak menuju dewasa. Masa ini merupakan
masa ujian, masa penuh tantangan, sukar dimengerti dan masa yang penuh dengan
gelora. Biasanya masa remaja terjadi sekitar dua tahun setelah masa pubertas,
menggambarkan dampak perubahan fisik, dan pengalaman emosional mendalam. Banyak
remaja putra dan putri saling mempengaruhi secara sosial melalui teman sebaya
yang dimilikinya baik dalam kelompok formal maupun informal, melalui kontak
serius antara dua orang yang berlainan jenis kelamin. Peningkatan
masalah-masalah remaja seperti kehamilan remaja, pemerkosaan yang terjadi pada
saat berkencan, dan penyakit seksual yang menular membuat hubungan romantik
pada masa awal kehidupan ini menjadi dimensi yang penting dalam perkembangan
individu.
Dewasa ini masalah seks pranikah pada remaja banyak
menjadi sorotan dikarenakan angkanya yang semakin hari semakin meningkat.
Banyak kasus-kasus aborsi yang dilakukan oleh remaja. Umumnya remaja melakukan
hubungan seks karena didasari rasa suka sama suka. Salah satu penyebab
terjadinya hubungan seks di luar nikah pada remaja adalah kurangnya pengetahuan
remaja mengenai seks itu sendiri. Seks dipandang sebagai sesuatu yang tabu untuk
dibicarakan. Mengingat seks juga berkaitan dengan tugas-tugas perkembangan
remaja maka tidak mengherankan jika remaja memiliki rasa ingin tahu yang sangat
besar tentang seks itu sendiri.
Kurangnya
informasi tentang seks dapat disikapi dengan diadakan pendidikan seks yang
tujuannya adalah agar remaja memahami seluk beluk tentang seks remaja serta
nilai-nilai seksualitas yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu penulis
mengangkat judul tentang pentingnya pendidikan seks bagi remaja. Berikut akan diulas mengenai
bagaimana pendidikan seks yang tepat bagi remaja, dan peranan orang tua dan
instansi pendidikan dalam menerapkan pemahaman tentang seks pada remaja yang
selama ini dianggap tabu, dan bagaimana remaja memposisikan dirinya dalam
tugas-tugas perkembangannya.
Pembahasan
·
Posisi Remaja Dalam Menghadapi Masalah dan Tugas-tugas
Perkembangannya
Remaja merupakan transisi
antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa,masa setengah baya dan masa
tua.Dimana masa remaja memiliki kematangan emosi, sosial, pisik dan psikis.
Remaja juga merupakan tahapan perkembangan yang harus dilewati dengan berbagai
kesulitan.Remaja dalam tugas perkembangannya memiliki beberapa fase, dengan
melihat semakin rumit permasalahanya sehingga dengan mengetahui tugas-tugas
perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh remaja dalam
keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah persepsi dalam
menangani permasalahan tersebut. Ada hal yang diharapkan dimiliki oleh remaja dalam mempersiapkan diri memasuki
alam kehidupan masa dewasa, serta memiliki kebutuhan pribadi dalam arti luas.
Dari segi individu dikaitkan dengan perkembangan pikir, sikap, perasaan,
kemauan dan perlakuan nyata.dari segi lingkungan ada semacam ”tuntutan” dari
faktor sosial, religius, nilai-nilai dan norma yang hidup didalamnya.Tuntutan
itu “dikenakan” bagi individu sebagai bagian dari lingkungan itu juga. Dalam tugas perkembangannya, remaja akan melewati beberapa fase dengan
berbagai tingkat kesulitan permasalahannya sehingga dengan mengetahui
tugas-tugas perkembangan remaja dapat mencegah konflik yang ditimbulkan oleh
remaja dalam keseharian yang sangat menyulitkan masyarakat, agar tidak salah
persepsi dalam menangani permasalahan tersebut. (Melinda,
2012)
Beberapa persoalan yang harus
diselesaikan remaja dalam tugas perkembangannya adalah pengadaptasian diri
remaja terhadap lingkungan dan pengontrolan diri terhadap hal-hal yang negatif.
Salah satu hal yang erat dikaitkan dengan tugas perkembangan remaja adalah
mengenai remaja dan seks. Remaja yang mendapatkan cukup informasi mengenai seks
kemungkinan akan lebih mudah untuk melalui setiap tugas perkembangannya, namun
bagi remaja yang kurang memiliki pengetahuan tentang seks mungkin dia akan
sedikit mengalami kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas perkembangannya,
khususnya tugas perkembangan yang berkaitan dengan masalah seks itu sendiri.
Remaja yang mendapatkan cukup informasi mengenai seks diharapkan akan lebih
bersikap bijaksana untuk tidak melakukan seks pranikah. Sedangkan remaja dengan
pengetahuan yang kurang mengenai seks mungkin akan lebih sulit bersikap
bijaksana mengenai seks pranikah.
Banyak masalah
yang ditimbulkan jika pengetahuan seks salah ditanamkan pada seseorang di masa
lalu. Memori yang dilihat dari masa lalu menggambarkan bahwa seks adalah
sesuatu yang harus untuk dipenuhi tanpa adanya suatu rambu-rambu. Akibatnya,
banyak ditemukan kasus dalam penyimpangan seks yang dilakukan remaja.
Kejahatan
seksual banyak dilakukan oleh anak-anak usia remaja sampai dengan umur
menjelang dewasa, dan kemudian pada usia pertengahan. Tindak merampok, menyamun
dan membegal, 70% dilakukan oleh orang-orang muda berusia 17-30 tahun.
Selanjutnya mayoritas anak-anak muda yang terpidana dan dihukum itu disebabkan
oleh nafsu serakah untuk memiliki, sehingga mereka banyak melakukan perbuatan
mencopet, menjambret, menipu, merampok, menggarong, dan lain-lain. Menurut
catatan kepolisian, pada umumnya jumlah anak laki-laki yang melakukan kejahatan
dalam kelompok gang-gang diperkirakan 50 kali lipat daripada anak perempuan;
sebab anak perempuan pada umumnya lebih banyak jatuh ke limbah pelacuran,
promiskuitas (bergaul bebas dan seks bebas dengan banyak pria) dan menderita
gangguan mental, serta perbuatan minggat dari rumah atau keluarganya. (Kartono,
2002 : 7)
Opini Penulis :
Remaja seringkali mengalami suatu
tekanan dalam dirinya untuk menyatakan hasrat dan masalah-masalah seksualnya
kepada keluarga terlebih lagi orang tua. Remaja cenderung untuk menyatakan
masalah seksual yang dianggapnya tabu justru kepada teman-teman terdekatnya.
Bahkan seringkali remaja tidak canggung menceritakan masalah seksual tersebut
kepada lawan jenisnya baik itu temannya ataupun seseorang yang dianggap sebagai
orang yang disukainya. Hal ini menjadi masalah baru bagi orang tua jika anak
lebih nyaman mencari pengetahuan tentang seks dengan lawan jensnya daripada
dengan keluarga. Anak akan cenderung tidak betah tinggal di rumah dan jarang
berkomunikasi dengan orang tua. Dalam hal ini orang tua perlu lebih ekstra
untuk memberikan perhatian kepada putra-putrinya meskipun dianggapnya telah
mampu membawa dirinya menuju ke arah dewasa. Hal tersebut dikarenakan remaja
butuh suatu pengarahan ke arah yang lebih baik, karena rasa keingintahuannya
sangatlah besar. Oleh karena itu, pendidikan seks bagi remaja sangat diperlukan
untuk mengurangi perilaku seks pranikah dan akibat-akibat yang dapat
ditimbulkan dari hal tersebut karena pendidikan seks tersebut akan mencakup
juga nilai-nilai seksualitas pada remaja.
Pendidikan
seks tidak hanya diterapkan pada anak usia menginjak remaja, bahkan ketika anak
masih kecilpun sudah tahu mengenai pacaran. Oleh karena itu penanaman nilai-nilai
pemahaman tersebut haruslah dilakukan ketika anak masih kecil, tentunya sesuai
dengan batasan usia bagi pemahaman mereka.
·
Peranan Orang Tua dan Instansi
Pendidikan Dalam Menerapkan Pemahaman Tentang Seks Pada Remaja
Pada dasarnya sedikit sekali masyarakat terutama orang tua yang peduli
akan pendidikan seks dan menempatkan bahwa seks adalah sesuatu yang penting.
Bahkan banyak orang tua yang tidak memberikan pendidikan seks pada anak,
dengan alasan anak akan tabu dengan sendirinya. Selama ini seks identik dengan
orang dewasa saja. Pendidikan seks tidak selalu mengenai hubungan pasangan
suami istri, tapi juga mencakup hal-hal lain seperti pemberian pemahaman
tentang perkembangan fisik dan hormonal seorang anak serta memahami berbagai
batasan sosial yang ada di masyarakat. (Verawati, 2013)
Data yang
dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada
tahun 2010 menunjukkan bahwa 51 persen remaja di Jakarta, Bogor, Tangerang, dan
Bekasi telah berhubungan seksual sebelum menikah. Penulis memang tidak
mendapatkan angka pasti untuk data di tahun 2012, tetapi dengan adanya berita
di berbagai media massa yang menyatakan adanya peningkatan dalam tingkat
aktivitas seksual remaja, maka tentunya harus ada pendidikan yang memadai untuk
menanggulangi hal ini.Dorongan seksual di masa puber memang sangat meningkat,
oleh karena itu, orang tua sebaiknya mengajarkan apa itu sistem reproduksi dan
bagaimana caranya bekerja. Penekanan terhadap perbedaan antara kematangan fisik
dan emosional untuk hubungan seksual juga sangat penting untuk diajarkan.
Beritahukan kepada anak segala macam konsekuensi yang ada dari segi biologis,
psikologis, dan sosial jika mereka melakukan hubungan seksual. Orang tua selain
mengajarkan keterbukaan komunikasi dengan anak terutama dalam membicarakan
seksualitas, juga perlu menambahkan keuntungan menghindari aktivitas seksual
terlalu dini sebelum mencapai masa dewasa. (Verawati,
2013)
Sekolah sebagai
instansi pendidikan sampai waktu sekarang masih banyak berfungsi sebagai “sekolah dengar” daripada memberikan
kesempatan luas untuk membangun aktivitas, kreativitas, dan inventivitas anak.
Dengan demikian sekolah tidak membangun dinamisme anak, dan tidak merangsang
kegairahan belajar. Kurikulum selalu berubah-ubah tidak menentu, sangat
membingungkan para pengajar dan murid sendiri serta jelas ketinggalan zaman dan
idak sesuai dengan aspirasi anak; adakalanya dangkal sifatnya dan kurang
menarik minat anak. Akibatnya anak menjadi jemu belajar, cepat menjadi jenuh,
dan lelah secara psikis; sebab harus pasif diam saja, dan terlalu
mendepositokan dalam benaknya bahan-bahan pelajaran yang kurang relevan dengan
kebutuhan hidupnya. Perkembangan kepribadian anak sama sekali tidak
diperhatikan oleh guru, sebab mereka lebih berkepentingan dengan masalah
mengajar atau mengoperkan informasi belaka. Anak harus patuh terhadap perintah
ayah-bunda dengan jalan bersekolah secara teratur dan berdisiplin. Akan tetapi
di pihak lain anak tidak menemukan kesenangan dan kegairahan belajar di kelas
dengan suasana yang menjemukan. Karena itu anak mengalami banyak konflik batin
dan frustasi, terlebih-lebih jika mereka melihat banyak ketidakadilan peraturan
(misalnya anak dilarang meokok, tetapi guru merokok di kelas, murid dilarang
bertangya dan memrotes, sedang guru boleh melakukan kesalahan dan sebagainya). (Kartono, 2002 : 124-126)
Opini
Penulis :
Seringkali
remaja merasa bahwa orang tuanya menolak membicarakan masalah seks sehingga
mereka kemudian mencari alternatif sumber informasi lain seperti teman atau
media massa. Keengganan para orangtua untuk memberikan informasi kesehatan
reproduksi dan seksualitas juga disebabkan oleh rasa rendah diri karena
rendahnya pengetahuan mereka mengenai kesehatan reproduksi dan pendidikan seks.
Fenomena yang sering terjadi di kalangan masyarakat adalah adanya
penyimpangan-penyimpangan seksual di kalangan remaja, misalnya hamil diluar
nikah dan pemerkosaan, dimana remaja masih mencari jati diri mereka. Selain hal
tersebut diatas terdapat beberapa alasan lain yang menyebabkan remaja pada
akhirnya melakukan seks pranikah. Diantaranya adalah sebagai bukti cinta dan
sangat mencintai pacar, dijanjikan akan menikah, rasa ingin tahu yang sangat
tinggi tentang seksualitas, ingin mencoba, takut mengecewakan pacar, takut
diputuskan pacar, serta kurangnya pengetahuan tentang seksualitas yang didapat
dari keluarga dan sekolah. Umumnya remaja kurang menyadari akibat-akibat buruk
yang dapat ditimbulkan dari perilaku seks bebas tersebut, seperti kehamilan,
putus sekolah, tertular penyakit kelamin dan HIV AIDS. Kurangnya pengetahuan
yang didapat dari orang tua dan sekolah mengenai seksualitas membuat para
remaja mencari tahu sendiri dari teman atau lingkungan bermainnya yang bisa
saja pengetahuan tersebut salah. Oleh karena itu, remaja perlu diarahkan untuk
menerima suatu ilmu mengenai kehidupan seks mereka melalui pendidikan seks yang
sehat. Disini peran orang tua dan
komponen terkait yang dipercaya (sekolah, pesantren, guru pembimbing rohani
dll.) harus lebih dominan. Selama ini pendidikan seks telah dilakukan di
beberapa sekolah, jarang sekali yang memasukkan unsur nilai-nilai seksualitas
di dalamnya. Meskipun demikian, pada dasarnya ada banyak cara untuk memperoleh
sumber pendidikan seks bagi remaja baik itu bersifat formal maupun informal.
Formal misalnya saja dari sekolah dan sumber informal seperti dari teman sebaya
remaja yang merasa nyaman jika mereka berbicara tentang seks atau dari media
masa yang diperjualbelikan dan siapa saja dapat membelinya mulai usia
anak-anak, remaja dan dewasa. Namun kebanyakan dari sumber informasi tentang
pendidikan seks dari media elektronik maupun media cetak seperti internet,
majalah, televisi, surat kabar, radio, buku dan film dapat mempengaruhi remaja
dalam tingkah lakunya. Beberapa remaja telah memperoleh pendidikan seks dari
orangtua akan tetapi orangtua tidak memberikan penjelasan yang terlalu jauh
tentang pendidikan seks seperti yang dikatakan sebelumnya karena hal itu
merupakan hal yang tabu untuk diperbincangkan. Pada kenyataannya, persepsi
orang tua terhadap pendidikan seks bagi remaja sangat berpengaruh terhadap
perkembangan seksual anak, dimana orang tua atau lingkungan keluarga merupakan
landasan dasar dalam membentuk kepribadian remaja. Hal ini terjadi karena pada
dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua
sendiri. Orang tua hendaknya menghindari penggunaan kata-kata yang menghakimi
remaja agar ia tidak merasa ragu, takut, enggan ataupun marah saat membicarakan
pengalaman seksual mereka. Jika orang tua merasa agak berat untuk membicarakan
topik-topik seksual dengan anak, orang tua bisa meminta bantuan psikolog atau
konselor untuk memberikan pendidikan seksual kepada anak dan
membantu orang tua merasa nyaman membicarakan topik ini.
Berkaitan
dengan hal tersebut ada suatu hubungan yang terikat tentang pendidikan seks di
sekolah yaitu sebagai komplemen dari pendidikan seks di rumah, peran sekolah
dalam memberikan pendidikan seks harus dipahami sebagai pelengkap pengetahuan dari
rumah dan institusi lain yang berupaya keras untuk mendidik anak-anak tentang
seksualitas. Selain itu, upaya penanaman pendidikan seks di sekolah yang
diterapkan harus sesuai dengan realita yang ada. Sebagai seorang guru hendaknya
memberi teladan yang baik bagi siswanya, bersikap berwibawa, sopan dan mau
mendengarkan masalah dan keluhan siswa. Disini selain mengantarkan siswa menuju
pendidikan yang lebih tinggi guru juga ikut terlibat dalam perkembangan
psikologis siswa di sekolah.
·
Pendidikan Seks Yang Tepat Bagi Remaja
Remaja
dan seks adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Karena pada tahap inilah
seseorang merasakan perkembangan yang ada dalam dirinya berupa dorongan yang
kuat yaitu naluri untuk mengenal lawan jenisnya. Seringkali remaja terlibat
dalam seks bebas pra nikah dengan alasan suka sama suka dan alasan kesetiaan
pada pacar. Hal ini perlu diluruskan mengingat masa depan yang akan dihadapi
masih panjang. Oleh karena itu, diperlukan suatu pemahaman secara pasti
mengenai seks yang tepat bagi remaja.
Pada
dasarnya fungsi dari Pendidikan seks sendiri bertujuan membimbing serta
mengasuh seseorang agar mengerti tentang arti, fungsi dan tujuan seks sehingga
ia dapat menyalurkan secara baik, benar dan legal. Pendidikan seks dapat
dibedakan antara instruksi seks dan pendidikan seks. Intruksi seks ialah
menerangkan tentang perubahan seperti pertumbuhan rambut pada ketiak dan
mengenai biologi dari reproduksi yaitu proses berkembang biak melalui hubungan
untuk mempertahankan jenisnya. Termasuk di dalamnya pembinaan keluarga dan
metode kontrasepsi dalam mencegah terjadinya kehamilan. Pendidikan seks
meliputi bidang-bidang etika, moral, fisiologi, ekonomi dan pengetahuan lainnya
yang di butuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya sendiri sebagai individual
seksual serta mengadakan hubungan interpersonal yang baik.
Tujuan pendidikan seks sesuai usia
perkembangan pun berbeda-beda. Seperti pada usia balita, tujuannya adalah untuk
memperkenalkan organ seks yang dimiliki, seperti menjelaskan anggota tubuh
lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara melindunginya. Jika tidak
dilakukan lebih awal maka ada kemungkinan anak akan mendapatkan banyak masalah
seperti memiliki kebiasaan suka memegang alat kemaluan sebelum tidur, suka
memegang payudara orang lain atau masalah lainnya. Untuk usia sekolah mulai
6-10 tahun bertujuan memahami perbedaan jenis kelamin (laki-laki dan
perernpuan), menginformasikan asal-usul manusia, membersihkan alat genital
dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit. Sedangkan usia menjelang
remaja, pendidikan seks bertujuan untuk menerangkan masa pubertas dan
karakteristiknya,serta menerima perubahan dari bentuk tubuh. Pendidikan seks
berguna untuk memberi penjelasan mengenai perilaku seks yang merugikan
(seperti seks bebas), menanamkan moral dan prinsip "say no" untuk
seks pranikah serta membangun penerimaan terhadap diri sendiri. Bahkan,
pendidikan seks juga penting diberikan pada anak di usia pranikah untuk
pembekalan pada pasangan yang ingin menikah tentang hubungan seks yang sehat
dan tepat. (Verawati, 2013)
Opini Penulis : Selain
menanamkan pendidikan seks yang dilakukan oleh guru, orang tua dan pihak
ataupun lembaga yang terkait. Tidak serta merta tanggung jawab terhadap masa
depan lepas begitu saja. Namun, perlu diperhatikan lagi sejauh mana pemahaman mereka
tentang seks yang seharusnya tidak dibawa pada konotasi negatif. Terkadang anak
seringkali dihadapan orang tua lebih pendiam, namun sebenarnya diamnya anak
patut untuk dilihat apakah dia telah menaati dan memahami aturan-aturan batasan
yang diberikan mengenai pendidikan seks ataukah mereka hanya pura-pura tahu
saja. Salah satu hal yang paling dikhawatirkan orang tua adalah mengenai
pergaulan remaja dengan lawan jenisnya yang kebanyakan diwujudkan dengan
pacaran. Manusia tertarik dengan lawan
jenis adalah sesuatu yang fitrah karena hal tersebut memang pemberian dari Tuhan.
Namun, pemenuhan hasrat seksual mereka tidak harus diwujudkan pacaran. Banyak
hal yang bisa dilakukan oleh remaja untuk melakukan sesuatu mencapai hal yang
besar dalam hidupnya. Mengembangkan bakat dan minatnya, meraih prestasi yang
baik, menjadi teladan dan panutan banyak orang, mempersiapkan sesuatu yang
terbaik untuk masa depan.
Secara
keseluruhan pendidikan seks tidak serta merta diberikan begitu saja tanpa
memperhatikan batasan usia. Hal tersebut harus dikondisikan sesuai dengan tahap
tumbuh dan perkembangan dan kematangan usia anak agar dapat menerima informasi
sesuai dengan yang dibutuhkan.
Penutup
·
Kesimpulan
-
Posisi remaja dalam tugas-tugas perkembangannya adalah remaja
diposisikan sebagai seseorang yang mencari jati dirinya menuju kedewasan. Untuk
pencarian jati dirinya itulah remaja dituntut belajar dan mencari informasi
untuk mengenali dirinya dalam tugas-tugas perkembangannya. Setelah melalui
proses belajar dalam tugas-tugas perkembangannya remaja diharapkan mampu
membawa diri dan memposisikan pengetahuannya terhadap pendidikan seks dengan
baik.
-
Pendidikan seks yang tepat bagi remaja dapat berasal dari
sumber apapun yang terkait. Namun, dalam hal ini orang tua adalah komponen yang
paling berperan dibantu dengan lembaga dan institusi terkait dalam memberikan
pemahaman mengenai pendidikan seks itu sendiri sesuai dengan tahapan
perkembangan usia remaja.
-
Peranan orang tua dalam menerapkan pemahaman tentang seks
pada remaja seharusnya tidak dianggap hal yang tabu. Orang tua, ataupun keluarga adalah tempat pendidikan pertama dan
terbaik untuk penanaman nilai dan pencerminan dalam pembinaan tugas-tugas
perkembangan remaja. Oleh karena itu,
seharusnya perlu disiapkan sejak awal mengenai pengetahuan orang tua
ataupun keluarga tentang pendidikan seks.
DAFTAR PUSTAKA
Kartono,
K. 2002. Patologi Sosial 2, Kenakalan
Remaja. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Melinda, D. 2012. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja. http://dillamelinda.blogspot.com/. [Diakses
tanggal 18 Mei 2013]