Kajian Senin Sore
Tanggal/Waktu : 8 April
2013/16.00
Tema : Amalku Ladang
Pahalaku
Pemateri : Ustdz.Nanang
Ari Suseno
Ihsanul Amal atau Amal yang Baik didasarkan atas 2 hal yaitu, Niat
dalam melakukan seuatu amal dan cara melakukannya juga harus ihsan dan benar. Seseorang dalam melakukan suatu amal tentunya
juga harus disertai dengan motivasi yang ada dalam diri seseorang dan dari
faktor luar dari diri seseorang. Motivasi ada 3 yaitu motivasi
karena harta benda (al quwwah al mahdaniyah), Motivasi karena emosi (al
quwwah al maknawiyah), dan motivasi spiritual (al quwwah ar ruhiyah).
·
Motivasi
karena harta benda (al quwwah al mahdaniyah). Motivasi ini adalah
motivasi yang muncul karena keinginan untuk mendapatkan harta. Motivasi ini
sifatnya sementara dan sangat lemah juga rapuh. Motivasi yang didasarkan pada
harta benda akan hilang apabila benda yang didapatkan turun nilainya atau tidak
diinginkan lagi. Lebih tidak menguntungkan dari motivasi ini dapat menyebabkan
kekecewaan kepada manusia karena harta yang telah diperjuangkan atas motivasi
ini terkadang tidak seperti apa yang diharapkan.Misalnya pada era modern ini
motivasi menuntut ilmu diorientasikan pada usaha mencari materi, dalam hal ini
harta dan kedudukan. Karenanya tak aneh jika banyak ditemukan banyak orang yang
melaksanakan studi hanya sekedar haus gelar. Dalam kondisi sekarang, siapa yang
bergelar lebih tinggi maka berpotensi menduduki jabatan yang lebih tinggi.
Secara otomatis penghasilan yang didapatkan jauh lebih tinggi pula. Orientasi
tersebut mengesampingkan aspek kualitas. Sebetulnya, bisa jadi lulusan S1
memiliki kualitas lebih baik dari lulusan S2. Atau bisa jadi orang-orang yang
sekarang menduduki jabatan tertentu sebetulnya tidak layak. Karena banyak
ditemukan fakta kecurangan dalam proses rekrutmen. Efeknya sungguh disayangkan.
Tidak jarang mahasiswa, bahkan mahasiswa muslim, memiliki motivasi ini. Kuliah
sekedarnya, datang, duduk, ngobrol, pulang. Waktu mereka terbuang sia-sia dan
terus lalai dalam kehidupan dunia melalui harta benda. Allah SWT telah
mengingatkan:
“Bermegah-megahan telah
melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu
akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu). Dan janganlah begitu, kelak kamu akan
mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang
yakin. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,” (At Takasur
[102], 1-6). Motivasi ini memang normal dan seluruh manusia memilikinya. Namun
motivasi ini lemah dan mudah hilang.
·
Motivasi
karena emosi (al quwwah al maknawiyah). Al Quwwah Al Maknawiyah
merupakan motivasi yang terbentuk dari dorongan emosi, perasaan dan rasa.
Motivasi ini sifatnya lama namun mudah goyah. Misalnya ketika kita semangat
belajar dan rajin kuliah karena melihat kemiskinan yang ada didaerah sekitar
kita. Motivasi ini akan terus muncul ketika kita ingat fenomena-fenomena
pendorongnya, namun ketika fenomena—fenomena pendorongnya dilupakan atau tidak
pernah berinteraksi lagi dengan kita maka saat itu juga motivasi ini
hilang tanpa bekas. Meskipun terlupa sementara, kelupaan atas fenomena yang
mendorong motivasi ini dapat berakibat fatal, karena dapat mengubah misi kita
mengenai alasan- alasan dalam melakukan sesuatu. Beginilah Al Quwwah Al
Maknawiyah, sifatnya bertahan cukup lama tetapi sangat rapuh dan mudah
goyah, sehingga azzam yang ingin dicapai akan terasa sulit. Motivasi yang dilandaskan emosional juga bersifat lemah.
·
Al Quwwah Ar Ruhiyah (motivasi karena
Allah). Al Quwwah Ar Ruhiyah merupakan sebuah motivasi yang
berlandaskan kepada aqidah Islam. Motivasi ini terletak pada ketulusan manusia
untuk melakukan sesuatu karena mengharap ridho Allah SWT. Oleh Karena itu, motivasi ruhiyah bersifat kuat karena semata-mata manusia
mengharap ridho dari Sang khaliqnya semata.
Firman Allah Ta’ala: “Tidak Aku ciptakan jin dan Manusia melainkan hanya
untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz –Dzariyat: 56 ). Makna yang paling mendasar yang dapat diambil
dari hal ini (manusia sebagai makhluk) adalah bahwa manusia memiliki kekurangan
dan keterbatasan. Sesungguhnya semua yang diciptakan oleh Allah memiliki
kekurangan dan keterbatasan. Sedangkan Allah Maha Sempurna, tidak memiliki
kekurangan, keterbatasan atau kelemahan.Yang menunjukkan hal tersebut adalah
ucapan “Subhanallah”, “Maha Suci Allah dari serba kekurangan dan keterbatasan”.
Oleh karena itu tidaklah pantas manusia sebagai ciptaan untuk menyombongkan
dirinya. Allahlah yang pantas untuk sombong, karena Allah adalah Dzat Yang Maha
Sempurna. Allah swt memeberikan keutamaan lebih kepada manusia dari pada makhluk
yang lain. Manusia dilantik menjadi Abdullah dan Khalifatullah dimuka bumi ini
untuk memakmurkannya. Oleh karena itu dibebankan kepada manusia amanah
Attaklif, dan diberikankan pula kebebasan dan tanggung jawab memiliki serta
memelihara nilai-nilai kemuliaan. Kemuliaan yang diberikan bukanlah karena
bangsanya, warna kulitnya, kecantikannya, perawakannya, harta, derajatnya, akan
tetapi semata-mata karena iman dan dan taqwanya kepada Allah swt. Motivasi karena Allah merupakan motivasi tertinggi yang ada
pada manusia, sifatnya tetap dan tidak goyah. Sifatnya yang tetap dikarenakan
motivasi ini disandarkan kepada zat yang kekal dan abadi yaitu Allah SWT.
Sedangkan kekukuhan motivasi ini terbentuk dari komitmen yang terbentuk sebelum
melakukan sesuatu yang didasarkan pada motivasi ini. Misalnya ketika para
mahasiswa kuliah, belajar, dan bahkan aksi didasarkan atas kesadaran aqidah dan
iman. Bukan karena emosi apalagi bayaran. Kuliah karena Allah SWT memberikan
kita banyak sekali keuntungan baik dunia maupun akhirat. Keuntungan dunia akan
kita peroleh seperti prestasi yang baik, ketekunan luar biasa, semangat yang
selalu berapi-api dalam mengerjakan hal-hal akademis sekaligus memiliki emosi
yang terkendali. Emosi yang terkendali ini akan memunculkan sikap kepemimpinan
dalam diri muda mahasiswa, bahkan melejitkannya dengan tindakan yang tepat
dalam pemikiran kritis yang selalu diungkapkan mahasiswa. Hal-hal ini akan
menjadi kontrol yang sangat ketat dari mahasiswa kepada pemerintah.
Keuntungan akhirat jelas saja, sebagaimana Allah SWT menjanjikan pahala
atas setiap ibadah yang dilakukan, ketika kegiatan yang dilakukan seorang
manusia bukanlah perbuatan maksiat dan ia melakukannya karena rasa cinta kepada
Allah dan Rasulnya, maka kegiatannya bernilai ibadah sebagaimana Allah
SWT berfirman :Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran [3]: 31)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar