Kamis, 02 Mei 2013

Kajian Senin Sore Tanggal/Waktu : 8 April 2013/16.00 Tema : Amalku Ladang Pahalaku Pemateri : Ustdz.Nanang Ari Suseno


Kajian Senin Sore
Tanggal/Waktu : 8 April 2013/16.00
Tema : Amalku Ladang Pahalaku
Pemateri : Ustdz.Nanang Ari Suseno

Ihsanul Amal atau Amal yang Baik didasarkan atas 2 hal yaitu, Niat dalam melakukan seuatu amal dan cara melakukannya juga harus ihsan dan benar.  Seseorang dalam melakukan suatu amal tentunya juga harus disertai dengan motivasi yang ada dalam diri seseorang dan dari faktor luar dari diri seseorang. Motivasi ada 3 yaitu motivasi karena harta benda (al quwwah al mahdaniyah), Motivasi karena emosi (al quwwah al maknawiyah), dan motivasi spiritual (al quwwah ar ruhiyah).
·         Motivasi karena harta benda (al quwwah al mahdaniyah). Motivasi ini adalah motivasi yang muncul karena keinginan untuk mendapatkan harta. Motivasi ini sifatnya sementara dan sangat lemah juga rapuh. Motivasi yang didasarkan pada harta benda akan hilang apabila benda yang didapatkan turun nilainya atau tidak diinginkan lagi. Lebih tidak menguntungkan dari motivasi ini dapat menyebabkan kekecewaan kepada manusia karena harta yang telah diperjuangkan atas motivasi ini terkadang tidak seperti apa yang diharapkan.Misalnya pada era modern ini motivasi menuntut ilmu diorientasikan pada usaha mencari materi, dalam hal ini harta dan kedudukan. Karenanya tak aneh jika banyak ditemukan banyak orang yang melaksanakan studi hanya sekedar haus gelar. Dalam kondisi sekarang, siapa yang bergelar lebih tinggi maka berpotensi menduduki jabatan yang lebih tinggi. Secara otomatis penghasilan yang didapatkan jauh lebih tinggi pula. Orientasi tersebut mengesampingkan aspek kualitas. Sebetulnya, bisa jadi lulusan S1 memiliki kualitas lebih baik dari lulusan S2. Atau bisa jadi orang-orang yang sekarang menduduki jabatan tertentu sebetulnya tidak layak. Karena banyak ditemukan fakta kecurangan dalam proses rekrutmen. Efeknya sungguh disayangkan. Tidak jarang mahasiswa, bahkan mahasiswa muslim, memiliki motivasi ini. Kuliah sekedarnya, datang, duduk, ngobrol, pulang. Waktu mereka terbuang sia-sia dan terus lalai dalam kehidupan dunia melalui harta benda. Allah SWT telah mengingatkan:
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu). Dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,” (At Takasur [102], 1-6). Motivasi ini memang normal dan seluruh manusia memilikinya. Namun motivasi ini lemah dan mudah hilang.
·         Motivasi karena emosi (al quwwah al maknawiyah). Al Quwwah Al Maknawiyah merupakan motivasi yang terbentuk dari dorongan emosi, perasaan dan rasa. Motivasi ini sifatnya lama namun mudah goyah. Misalnya ketika kita semangat belajar dan rajin kuliah karena melihat kemiskinan yang ada didaerah sekitar kita. Motivasi ini akan terus muncul ketika kita ingat fenomena-fenomena pendorongnya, namun ketika fenomena—fenomena pendorongnya dilupakan atau tidak pernah berinteraksi lagi dengan kita  maka saat itu juga motivasi ini hilang tanpa bekas. Meskipun terlupa sementara, kelupaan atas fenomena yang mendorong motivasi ini dapat berakibat fatal, karena dapat mengubah misi kita mengenai alasan- alasan dalam melakukan sesuatu. Beginilah Al Quwwah Al Maknawiyah, sifatnya bertahan cukup lama tetapi sangat rapuh dan mudah goyah, sehingga azzam yang ingin dicapai akan terasa sulit. Motivasi yang dilandaskan emosional juga bersifat lemah.
·         Al Quwwah Ar Ruhiyah (motivasi karena Allah). Al Quwwah Ar Ruhiyah merupakan sebuah motivasi yang berlandaskan kepada aqidah Islam. Motivasi ini terletak pada ketulusan manusia untuk melakukan sesuatu karena mengharap ridho Allah SWT. Oleh Karena itu, motivasi ruhiyah bersifat kuat karena semata-mata manusia mengharap ridho dari Sang khaliqnya semata.
Firman Allah Ta’ala: “Tidak Aku ciptakan jin dan Manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz –Dzariyat: 56 ).  Makna yang paling mendasar yang dapat diambil dari hal ini (manusia sebagai makhluk) adalah bahwa manusia memiliki kekurangan dan keterbatasan. Sesungguhnya semua yang diciptakan oleh Allah memiliki kekurangan dan keterbatasan. Sedangkan Allah Maha Sempurna, tidak memiliki kekurangan, keterbatasan atau kelemahan.Yang menunjukkan hal tersebut adalah ucapan “Subhanallah”, “Maha Suci Allah dari serba kekurangan dan keterbatasan”. Oleh karena itu tidaklah pantas manusia sebagai ciptaan untuk menyombongkan dirinya. Allahlah yang pantas untuk sombong, karena Allah adalah Dzat Yang Maha Sempurna. Allah swt memeberikan keutamaan lebih kepada manusia dari pada makhluk yang lain. Manusia dilantik menjadi Abdullah dan Khalifatullah dimuka bumi ini untuk memakmurkannya. Oleh karena itu dibebankan kepada manusia amanah Attaklif, dan diberikankan pula kebebasan dan tanggung jawab memiliki serta memelihara nilai-nilai kemuliaan. Kemuliaan yang diberikan bukanlah karena bangsanya, warna kulitnya, kecantikannya, perawakannya, harta, derajatnya, akan tetapi semata-mata karena iman dan dan taqwanya kepada Allah swt. Motivasi karena Allah merupakan motivasi tertinggi yang ada pada manusia, sifatnya tetap dan tidak goyah. Sifatnya yang tetap dikarenakan motivasi ini disandarkan kepada zat yang kekal dan abadi yaitu  Allah SWT. Sedangkan kekukuhan motivasi ini terbentuk dari komitmen yang terbentuk sebelum melakukan sesuatu yang didasarkan pada motivasi ini. Misalnya ketika para mahasiswa kuliah, belajar, dan bahkan aksi didasarkan atas kesadaran aqidah dan iman. Bukan karena emosi apalagi bayaran. Kuliah karena Allah SWT memberikan kita banyak sekali keuntungan baik dunia maupun akhirat. Keuntungan dunia akan kita peroleh seperti prestasi yang baik, ketekunan luar biasa, semangat yang selalu berapi-api dalam mengerjakan hal-hal akademis sekaligus memiliki emosi yang terkendali.  Emosi yang terkendali ini akan memunculkan sikap kepemimpinan dalam diri muda mahasiswa, bahkan melejitkannya dengan tindakan yang tepat dalam pemikiran kritis yang selalu diungkapkan mahasiswa. Hal-hal ini akan menjadi kontrol yang sangat ketat dari mahasiswa kepada pemerintah.
Keuntungan akhirat jelas saja, sebagaimana Allah SWT menjanjikan pahala atas setiap ibadah yang dilakukan, ketika kegiatan yang dilakukan seorang manusia bukanlah perbuatan maksiat dan ia melakukannya karena rasa cinta kepada Allah dan Rasulnya, maka kegiatannya bernilai ibadah  sebagaimana Allah SWT berfirman :Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran [3]: 31)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar